Hiasan dada bagi kaum lelaki yang khusus dikenakan pada upacara tarian. Gerak goyangan dada selama melakukan tarian membuat sepucuk tulang hiasan ikut bergerak dan berputar menghasilkan bunyi suara mengorok. Benda hiasan dada terdiri dari sebuah ikat dengan lebarnya kurang lebih 4cm di bagian depan dada dan kurang lebih 1cm di punggung bagian belakang. Pada ikat bagian terlebar terdapat anyaman tali serat berwarna kuning dan cokelat dengan sepucuk tulang ditengahnya. Pada tulang ini yang kelihatan seperti dipoles terdapat dua buah lubang. Pada kedua belah sisi ikat terasa seperti ada sebuah lingkaran.

Harpa mulut terbuat dari bahan bambu. Dibuat dua lubang irisan sepanjang sepotong batang bambu sampai di bagian simpulnya. Lubang irisan di tengah adalah yang terpendek dan tersempit. Bagian sisi harpa yang tersempit digulung dengan tali serat, mungkin serat kulit kayu, agar keseluruhan alat tetap utuh tak berantakan. Pada sisi harpa yang terlebar terpasang seutas tali pendek untuk menghasilkan nada-nada bervariasi. Harpa mulut ditempatkan di mulut dan harus ditiup untuk menghasilkan bunyi. Di masa lampau fungsi sebuah harpa mulut adalah untuk memberitahukan kepada seorang gadis bahwa dia sedang digemari.

Harpa mulut terbuat dari bahan bambu. Dibuat dua lubang irisan sepanjang sepotong batang bambu sampai di bagian simpulnya. Lubang irisan di tengah adalah yang tersempit dan terpendek. Bagian sisi harpa yang tersempit digulung dengan tali serat, mungkin serat kulit kayu, agar keseluruhan alat tetap utuh tak berantakan. Pada sisi harpa yang terlebar terpasang seutas tali pendek untuk menghasilkan nada-nada bervariasi. Harpa mulut ditempatkan di mulut dan harus ditiup untuk menghasilkan bunyi. Di masa lampau fungsi sebuah harpa mulut adalah untuk memberitahukan kepada seorang gadis bahwa dia sedang digemari.

Lembar daun tembakau yang telah digulung menjadi bola. Bila seorang lelaki memerlukan selembar daun tembakau untuk digulung maka lembar dilepaskan dari bola menggunakan jari jempolnya. Diperoleh pada tahun 1970-1972

Topi anak diperkirakan terbuat dari bahan anyaman serat kulit kayu dan serat anggrek. Topi berbentuk bundar dengan bagian atasnya datar dilengkapi sebuah kelep. Pada bagian kelepnya terdapat motif bergaris kuning. Diperoleh pada tahun 1970-1972

Patung salib dipahat dari sebilah kayu utuh yang didirikan di atas sebuah alas terpisah. Pada salib tertampil ukiran tubuh Kristus. Gaya penampilan tubuh Kristus pada salib sesuai dengan gaya yang berlaku di daerah asal buatannya.

'snelhoorn' terbuat dari bambu yang dihiasi ukir-ukiran bermotif. Pada bagian tengah benda 'snelhoorn' terdapat ruang kosong tak berhiasan, di bagian luar ruang kosong tersebut terdapat hiasan bermotif geometris yang berbayangan terbalik. Asal mula fungsinya snelhoorn adalah untuk menghasut kaum pemuda melakukan pengayauan. Diduga snelhoorn itu mulai diproduksi untuk orang putih yang bekerja di daerah itu setelah pengayauan tak terlaksana lagi..

Gendang (tifa) yang dipahat dari sebilah kayu utuh. Pada pegangan gendang terdapat ukir-ukiran berfigura . Kulit penutup gendang terikat ke tubuh gendang dengan tali-talian rumput. Gendang dipakai pada acara umum dan upacara tradisional.

Pinggan dari kayu untuk menyajikan makanan papeda (semacam bubur sago). Bagian bawahnya piring dihiasi dengan berbagai motif ukiran timbul dengan bagian dalamnya diwarnai putih memakai bahan kapur. Bentuk motif sepanjang kedua sisi piring mencitrakan binatang (buaya, cicak). Sedangkan motif di bagian cembung di bawahnya dengan tonjolan (untuk menggantungkan piring) mencitrakan seekor penyu. Pada pesta upacara para hadirin makan secara Pada pesta upacara para hadirin makan bersama-sama dari pinggan itu. Makanan papeda biasanya disajikan dengan ikan dan saos pedas.

Hiasan dinding dari kayu, berbentuk empat persegi dengan sisi atas yang melengkung dan dilengkapi ukiran berbentuk mata untuk menggantungkannya. Dalam bagian hiasan berbentuk persegi empat terdapat a.l. tiga buah hiasan ukiran relief bermotif spiral. Bagian yang lebih tinggi diwarnai hitam sedangkan yang lebih rendah diwarnai putih. Bagian belakang hiasan adalah polos. Hasil kerajinan ukiran ini berasal dari daerah Sentani, mungkin dimaksud sebagai hiasan dinding ( pada tahun 70-an papan kayu kecil jenis tersebut dengan motif berasal dari Sentani, Tanah Merah serta sejumlah daerah lain sering dibuat di musium universitas Abepura khusus untuk pasar wisata). Motif-motif yang digunakan tersebut pada umumnya tampil pada kapal perahu dan/atau gendang.